Sabtu, 16 Januari 2010

Untung Besar dari Bisnis Sampingan

Keunggulan khasiat madu memang tak perlu disangsikan lagi. Sebagai makanan bergizi tinggi, madu bahkan sudah diketahui sejak zaman Mesir ataupun Yunani Kuno. Di Zaman Mesir Kuno, larutan madu juga dimanfaatkan sebagai zat pengawet daging binatang buruan dan mumi raja-raja Firaun. Madu juga diyakini dapat memperpanjang umur orang yang mengonsumsinya.
Oleh sebab itu tak heran jika madu bernilai ekonomi tinggi.


Artikel Lain
Hap... Cecak pun Menangkap Fulus
Berharap Menjaring Devisa dari Si Nila
Mengincar Rezeki di Pulau Dewata
Musim Panen Golf Tiba
Untung Besar dari Bisnis Sampingan
Manisnya Berbisnis Strawberry
Kedelai Jumbo di Pasar Jepang
Kusen Cor yang Ngetren
Biar daging ayam tak berkolesterol tinggi
Wine Salak Oleh-Oleh dari Bali

Selain madu, lebah masih menghasilkan royal jelly, bee pollen, lilin, dan propolis. Propolis yang mengandung antibiotik adalah getah pohon yang ikut diambil lebah. Menurut penelitian, antibiotik jenis ini kualitasnya sama seperti yang terkandung dalam penisilin. Harganya pun tergolong mahal.

Hanya itu? Rupanya tidak. Ternyata lebahnya pun bisa menghasilkan fulus. Selain dijual di dalam negeri, ternyata peluang ekspornya pun lumayan besar. Dan berbisnis lebah madu memang sedang ngetren di sejumlah sentra peternakan lebah di negeri ini. Salah satunya seperti yang sudah dilakukan Pusat Perlebahan (Apiari) Pramuka yang bercokol di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.

Selain ”diperah” madunya, ternyata lebah masih menyimpan banyak manfaat lain. Di Cina dan Jepang, misalnya, sengatannya bisa untuk pengobatan berbagai penyakit. Bahkan di Cina, lebah juga dimanfaatkan oleh perkebunan skala besar untuk penyerbukan berbagai tanaman produksi seperti buah-buahan. Penyerbukan ala lebah ini ternyata dinilai lebih berhasil dibandingkan dengan tangan manusia.

Namun, menurut Ir. Indra Gunawan, instruktur pelatihan ternak lebah madu di Apiari Pramuka, maraknya permintaan lebah di pasar domestik itu karena produksi madu yang jauh di bawah permintaan. Menurut data tahun 2002, kebutuhan madu nasional mencapai 150 ribu ton per tahun. Sementara itu skala produksinya hanya 40 ribu ton.

Ada beragam jenis lebah madu yang layak dibudidayakan. Di antaranya lebah dari jenis lebah hutan (Apis dorsata), lebah lokal (Apis cerana), dan lebah unggul (Apis mellifera). Lebah unggul, sesuai namanya, yang paling disenangi pasar. Jenis ini lebih produktif dibandingkan lebah lokal, juga lebih jinak. Racun pada sengatnya sangat cocok untuk pengobatan berbagai penyakit. Lebah yang dibudidayakan oleh kebanyakan peternak di dunia ini awalnya berasal dari daratan Eropa.

Dari penangkarannya di Cibubur, setiap bulan dihasilkan 200 hingga 300 kotak (setiap kotak berukuran 50 x 40 x 20 sentimeter) koloni lebah unggul yang siap dikirim ke seluruh Indonesia. Jika setiap kotak koloni lebah berharga Rp 100 ribu, dalam sebulan Apiari Pramuka bisa menangguk omzet Rp 20 juta-Rp 30 juta. Hasil sampingan yang tergolong lumayan. Itu bahkan jika dibandingkan pendapatan dari memanen madu, setiap tahun Apiari Pramuka hanya bisa memetik sekitar Rp 192 juta.

Permintaan impor dari sejumlah negara pun sebenarnya mengalir, di antaranya dari Arab Saudi dan Australia. Namun, ya itu tadi, pusat peternakan ini lebih memprioritaskan pasokan di dalam negeri. ”Jika masih ada stok, baru kami ekspor,” ujar Indra. Biasanya, untuk setiap 400 kotak dijual US$ 10.000. Lebih mahal memang, karena tarif ini sudah termasuk ongkos pengiriman.

BERUSAHA DI SEKTOR INI TAK PERLU KEAHLIAN KHUSUS
Sebenarnya, banyak cara beternak lebah. Namun, paling sederhana ada dua, yakni sistem menetap dan angon (berpindah). Sistem angon lebih menguntungkan ketimbang yang menetap. Dengan sistem menetap, petani hanya bisa memanen madu sekali setahun. Sedangkan dengan cara angon, lebah bisa dipanen dua kali sebulan. Sekali panen bisa dihasilkan 4 kilogram madu per kotak koloni.

Waktu yang tepat untuk panen lebah berbarengan dengan panen madu. Kecenderungannya karena ketersediaan pakan melimpah. Madu, sebenarnya pula, makanan lebah. Jika produksi madu sedikit, perkembangbiakan lebah pun bisa terganggu.
Dari setiap koloni, lebah yang bisa dipanen hanya 50%-nya, plus seekor ratu lebah. Dalam pengepakan ratu lebah dibuatkan tempat sendiri, semacam kotak kecil yang diisi beberapa lebah pekerja untuk melayaninya.

Kotak pengemasan harus cukup ventilasi udara dan makanannya. Lazimnya, makanan buat lebah-lebah yang dikemas adalah gula pasir dan madu. Dengan cara seperti itu lebah bisa tetap tenang dan tahan di dalam kotaknya selama 2-4 hari. Untuk pengiriman lebah seyogianya dilakukan pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk menghindari panas sinar matahari yang bisa membuat lebah jadi panik.

Sebenarnya, unsur terpenting dalam membudidayakan koloni lebah adalah ratu lebah. Oleh sebab itu harganya pun paling mahal, per ekor Rp 100 ribu, belum termasuk peralatan yang digunakan. Selain berfungsi sebagai pemersatu koloni (per koloni bisa mencapai 800 ribu ekor lebah pekerja), dari ratu lebah juga dihasilkan larva-larva bakalan lebah.
Ada dua cara menangkar ratu lebah, yakni melalui inseminasi buatan atau dengan cara grafting. Inseminasi buatan tergolong mahal, meski ratu lebah yang dihasilkan berkualitas tinggi. Sedangkan cara grafting lebih ekonomis.

Awalnya dari sejumlah larva yang diletakkan di mangkok-mangkok dalam sarang lebah. Bagi lebah pekerja, mangkok ini akan dikira sarang ratu. Mereka akan merawat dan memberi makanan. Setelah dua bulan, larva-larva tadi akan menjelma menjadi ratu lebah.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah lingkungan di sekitar lokasi penangkaran. Idealnya, lokasi ini bagian dari lahan perkebunan atau taman bunga. Pakan yang paling digemari lebah adalah sari bunga dari jenis pohon berkayu seperti pohon buah-buahan, kalianda, karet, atau kapuk. Karena, jenis pohon seperti ini akan berbunga banyak dan dalam waktu yang relatif lama.

Lahan potensial untuk beternak lebah di Indonesia terutama di luar Pulau Jawa yang masih kaya akan hutan dan perkebunan. Bagi mereka yang berminat, tak perlu modal besar untuk membeli lahan perkebunan, tapi cukup menyewanya. Biaya sewa lahan untuk 10 kotak koloni umumnya Rp 2 juta per tahun.

Selain itu, peternak juga harus waspada terhadap serangan kutu varroa yang sering menyerang koloni lebah. Hama jenis ini sangat gemar melahap kepompong lebah. Kepompong yang diserang akan menghasilkan larva yang cacat, seperti tidak bersayap. Jika tak segera ditangkal, serangan hama ini bisa memusnahkan koloni lebah. Obat penangkalnya Apistan, sejenis insektisida yang menyebarkan bau yang tak disukai kutu. Namun, obat ini susah didapat dan harganya mahal karena masih diimpor. Ada cara yang cukup murah dan efektif, yaitu menggunakan belerang dan kapur.
Berusaha di sektor ini ternyata tak memerlukan SDM dengan keahlian khusus. Nah, bagi mereka yang berminat, Apiari Pramuka membuka kursus pelatihan dengan biaya relatif terjangkau. Berminat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar